Novel di Bawah Matahari Episode-2: Demi Jodoh

 

Niagara Falls, Ontario Feb 2015 (Ist)

Novel Di Bawah Matahari Episode-2
Februari 18, 2025
Berlin, 2013.

Rainbow Village, Taichung Taiwan, 2024. (ist)
17 Juni 2024 Malam

Demi Jodoh

By Eska

Jihu #36. Komunikasi dengan Ihsan dan Meilia terus dilakukan Lily. Semua diteruskan ke Pamenan. Versi Pamenan yang lebih privat ke Ihsan dan Melia tetap berlangsung. Ihsan dan Meilia sedang di Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji.

Pesan Pamenan ke Ihsan.  Kita tunggu perkembangan.  Baru saudaranya yang lain diberitahu. Pamenan menceritakan kronologis kejadian Intan dari awal.

Pagi ikuti rombongan shalat Idul Adha di lapangan yang sama dengan shalat Idul Fitri dua bulan lalu. Lokasinya di halaman, taman Museum Nasional kota ini. Setelah itu, Pamenan dan Intan ikut bergembira merayakan hari raya korban ini bersama muslim kerabat dan mahasiswa serta WNI di kota ini.  Mereka  diundang ke kantor Ihsan, Lily dan Sarah.  Kebiasaan yang sudah rutin kalau ada hari besar nsional nagaranya dan hari besar agama.

Lily pagi itu tidak hadir. Akan tetapi Sarah, Alex dan Yona ikut rombongan meski tidak ikut upacara ibadah. Pada acara sukaria di kantor mereka menjadi peserta aktif. Ikut main music dan bernyanyi. Dan Intan salah seorang di antaranya yang menyumbangkan beberapa lagu kesukaannya.

Setelah menikmati minuman dan camilan kue-kue ringan di kantor, Alex dan Yona ajak Pamenan dan Intan pergi lunch di luar.  Sudah lama keinginan datang dari pasangan suami isteri itu, mengundang  pasangan Pamenan  dan Intan untuk santap siang.

Sarah diminta Alex untuk reservasi restoran Italy kesukaan Intan. “Kalau saya tak pilih-pilih. Saya suka santap apa saja asal halal”, ucap Pamenan sambil  tersenyum ke Sarah.

Asia University, Taichung, Taiwan, Okrober 2023 (Ist)



Itulah awal jalan kejadian sebelum Intan mengatakan penglihatannya gelap. Entah Ihsan dan Melia mendengar atau tidak, Pamenan tetap cerita untuk menghilangkan stress.

“Ya, tetapi semua keluarga harus diberitahu, kata Ihsan. Mereka berhak”, katanya menegaskan.

Rupanya Ihsan sudah duluan membuat berita ini di grup WA keluarga itu. Pamenan hanya menerawang dan kadang menelungkup. Berdoa tak berhenti. Tidak hanya sesudah shalat tetapi sepanjang gerak, Pamenan selalu berdoa untuk kesehatan Intan.

Tak mampu menahan sendiri, Pamenan call putrinya. Sepertinya bukan Pamenan saja  terisak, tetapi berbarengan sedua bered- sedan. Pamenan imeraung dengan suara yang kuat. Belum pernah seumur-umur terjadi pada dirinya hal seprti ini.  Tak bisa dibayangkan, kalau saat tadi siang Intan mengalami sesuatu yang fatal. Mungkin Pamenan bertingkah bagai makhluk lain di planet ini. Seperti kejadian masa lalu.


Di Kampung Pamenan misalnya. Pada sekitaran tahun 1960-an. Waktu itu Pamenan sudah di SR-SD. Dia termangu dan tercenung melihat emak-emak meraung diiringi kata-kata harapan dan pujian kepada tubuh yang tergolek tanpa nafas.

Semasa hidup almarhum baik suami, ayah, ibu atau saudaranya, dipuja-puji habis-habisan. Dan itu membuat yang hadir ikut runtuh dan mengurai airmata.  Kecuali para lelaki menyiapkan prosesi mendiang itu   tanpa brisik. Pemenan dan anak-anak sebaya masa itu ada yang ikut terharu, meneteskan air mata dan ada pula yang diam terpaku.

Alhamdulillah, hal itu tak terjadi. Al-Quran menyatakan, ajal itu di tangan Allah. Tak satupun yang tahu, dipercepat atau diperlambat.

Surah Al-Qiyamah, Ayat 26-30

“Sekali-kali tidak! Apabila (nyawa) telah sampai di kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), Siapa yang (dapat) menyembuhkan? Dia pun yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertautlah betis (kiri) dengan betis (kanan). Kepada Tuhanmulah pada hari itu (manusia) digiring.”

Surah Al-Jumu’ah, Ayat 8

“Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Surah An-Nahl, Ayat 32

“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik. Mereka (para malaikat) mengatakan, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu). Masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.”

Surah Al-Munafiqun, Ayat 11

“Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Surah Al-Anbiya, Ayat 34

“Kami tidak menjadikan keabadian bagi seorang manusia pun sebelum engkau (Nabi Muhammad). Maka, jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?”

Surah Al-Anbiya, Ayat 35

“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.”

Surah Al-A’raf, Ayat 34

“Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.”

Surah Al-Mulk, Ayat 2

“yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Surah Al-Baqarah, Ayat 155

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,”

Surah Ali ‘Imran, Ayat 145

“Setiap yang bernyawa tidak akan mati, kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Siapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Surah Ali ‘Imran, Ayat 169

“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.”

Surah Al-An’am, Ayat 93

“Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan orang yang berkata, “Aku akan mendatangkan seperti yang diturunkan Allah.” Seandainya saja engkau melihat pada waktu orang-orang zalim itu (berada) dalam kesakitan

“…sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sembari berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.”

Surah Ar-Rahman, Ayat 26

“Semua yang ada di atasnya (bumi) itu akan binasa.”

Surah Ar-Rahman, Ayat 27

“(Akan tetapi,) wajah (zat) Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.”

Surah As-Sajdah, Ayat 11

“Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi (tugas) untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.”
Artikel ini telah tayang di https://www.blibli.com/friends/ dengan judul “15 Ayat Al-Quran Tentang Kematian: Arab, Latin, dan Artinya”.

Sara mengikuti dengan tenang kutipan makna ayat-ayat tadi. Suara Pamenan yang masa muda pernah menjadi penyiar radio dan pemain tater itu cukup sejuk kedengarannya. Waktu itu di rumah sudah ada dua cucu Pamenan barusan pulang sekolah. Ari dan Ara. Ari kelas VII atau Yunior High School dan Ara kelas Nol besar alias Kindergarten.

Seorang mahasiswi Hubungan Internasional magang-intrenship di kantor Ihsan, Lily dan Sarah. Ia dengan tenang sudah duluan tiba di kediaman itu. Dengan sendu matanya melihat ke Pamenan. Namanya Arini. Ia  dari salah satu universitas tanah air.

Arini, mahasiswi itu tinggal sebulan waktu magangnya. Sementara kontrak kos habis. Maka beberapa waktu sebelum Ihsan dan Melia berangkat ke Mekah, Arini  dipersilahkan tinggal di kediamannya oleh diplomat dan isterinya ini. Artrinya, Arini akan  bersama tinggal bdrsama sementara bersama Pamenan, Intan, Ari dan Ara. Kontrak kos tak usah diperpanjang, kata Ihsan sebelum berangkat pergi haji 10 hari sebelumnya.  

Lain halnya Sarah. Ia  sudah sering bermalam di kediaman keluarga ini.  Biasanya bila Ihsan agak lama ke luar kota berdinas, Sarah sering mendampingi Meilia, Ari dan Ara.  Perempuan ini sudah seperti saudara sedarah bagi Ihsan dan Meilia. Meski dikantor mereka punya tugas masing-masing.

Arini ada kala bersamaan dan ada kala bergantian dengan Sarah mendampingi  Pamenan, Ari dan Ara. Kedua putra Ihsan dan Meilia ini sudah diberitahu, Intan, Anduang  mereka dirawat di Rumah Sakit sejak sore tadi.

Malam-malam mereka sering bercakap-cakap dan berdiskusi. “Sarah, boleh saya tanya. Berapa usia?”. Saya sadar pertanyaan ini tak etis. “Oh, maaf, salah, tak pantas” kata Pamenan. “Ah, ndak apa-apa Pak. Saya ‘kan anak Bapak”, “sudah kepala 3”, kata Sarah.

Pamenan makin berani, karena dianggap ayahnya. “Apa kriteria calon”.  Sambung Pamenan. “Yang mencintai dan dicintai”, kata Sarah. “Sudah ada calon?’, cecar Pamenan. “Belum sempat mengoleksi.  Hampir tak ada waktu. Belum ketemu. Apa lagi yang sesuai,” kata Sarah.  “Ada syarat khusus? Agama misalnya?”  cecar, Pamenan.

Sarah terus terang soal agama tak menjadi halangan. Pamenan tahu Sarah non-muslim. “Bagaimana kalau ada calon yang minta Sarah menjadi muallaf – Muslimah?”

Tanpa pikir, Sarah menjawab: “siap”. “Dan saya akan belajar sungguh-sungguh agama Islam”. “Bagaimana dengan suku dan bangsa?” tambah Pamenan, “Agama apa saja saya siap untuk masuk, apa lagi suku dan bangsa” kata Sarah.  

“Artinya demi jodoh?”, kata Pamenan. “Ya Pak, siap, katanya mengulangi”.

Kepada Sarah, Pemenan bilang di dalam Islam jodoh itu tak ke mana. Akan tetapi mesti diusahakan dengan baik. Jodoh dipercayai sebagai rencana Allah SWT yang telah ditentukan sebelum manusia lahir ke dunia.

Konsep jodoh tak kemana termaktub dalam Al-Qur-an di beberapa surahnya. Mulai dari Surat An Nahl ayat 72, Surah An Nur ayat 26 serta Surah Asy Syura ayat 11. Ada juga di Surah Ar Rum ayat 21 dan Surah Al Hujurat ayat 13.

Komentar

Popular

Novel di Bawah Matahari Episode-1: Dunia Runtuh

Memori Reuni Alumni PGA Negeri Payakumbuh Lintas Angkatan